Oleh :
Elis Tsamrotus S
Mata kuliah : Managemen Organisasi, 2012-1
Prodi/Fak : Ilmu dan Teknologi Pangan/Pertanian
Universitas Yudharta Pasuruan
Definisi Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership
merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan
rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia.
Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang
masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Pengertian kepemimpinan menurut para
ahli, sebagai berikut:
1) Menurut
David, Keith (1985), Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain untuk mencapai tujuan dengan antusias.
2)
Menurut
Veitzhal Rivai (2004), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi
contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
3) Menurut
Achmad Suyuti (2001) yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses
mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan
tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu.
Sedangkan gaya kepemimpinan menurut para ahli adalah:
1) Menurut
Davis dan Newstrom (1995) menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara
keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan.
2) Menurut
Heidjrachman dan Husnan (2002:224), Gaya kepemimpinan mewakili filsafat,
ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola
tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan
tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu.
3) Menurut
Tjiptono (2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau
keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai
tujuan organisasi atau kelompok.
Teori Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat
diterangkan melalui tiga aliran teori sebagai berikut :
1)
Teori
Genetis (Keturunan)
Teori ini menyatakan bahwa “leader are born and not made” (pemimpin
itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori
ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali
kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara
filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
2)
Teori
Sosial
Jika teori
pertama adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan
ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “leader
are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik dan bukannya
kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut
teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3)
Teori
Ekologis
Kedua teori
yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi
terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut
teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan
segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan
teori yang paling mendekati kebenaran.
Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang
beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut
(Siagian,1997).
1)
Tipe
Otokratis
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut:
a)
Menganggap
organisasi sebagai pemilik pribadi;
b)
Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
c)
Menganggap
bawahan sebagai alat semata-mata;
d)
Tidak
mau menerima kritik, saran dan pendapat;
e)
Terlalu
tergantung kepada kekuasaan formalnya;
f)
Dalam
tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan bersifat menghukum.
2)
Tipe
Militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin
yang memiliki sifat-sifat berikut :
a)
Dalam
menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan;
b)
Dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
c)
Senang
pada formalitas yang berlebih-lebihan;
d)
Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
e)
Sukar
menerima kritikan dari bawahannya;
f)
Menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3)
Tipe
Paternalis
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut :
a)
Menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly
protective);
b)
Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan;
c)
Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;
d)
Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya;
e)
Sering
bersikap maha tahu.
4)
Tipe
Demokratis
Pengetahuan
tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah
yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a)
Dalam
proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia
itu adalah makhluk yang termulia di dunia;
b)
Selalu
berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya;
c)
Senang
menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya;
d)
Selalu
berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai
tujuan;
e) Ikhlas
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain;
f)
Selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya;
g)
Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dengan Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi menurut Maier & Brunstein (2001) merupakan
kondisi di mana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan
sasaran organisasinya. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku
yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu
untuk mencapai tujuan tertentu. (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224).
Teori kepemimpinan (Kreitner dan kinichi, 2000) berasumsi bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer dapat dikembangkan dan diperbaiki secara sistematik. Bagi seorang pemimpin dalam menghadapi situasi yang menuntut aplikasi gaya kepemimpinannya dapat melalui beberapa proses seperti: memahami gaya kepemimpinannya, mendiagnosa suatu situasi, menerapkan gaya kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan situasi atau dengan mengubah situasi agar sesuai dengan gaya kepemimpinannya. Hal ini akan mendorong timbulnya itikad baik atau komitmen anggota terhadap organisasinya.
Dapat disimpulkan bahwa: Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi.
Teori kepemimpinan (Kreitner dan kinichi, 2000) berasumsi bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer dapat dikembangkan dan diperbaiki secara sistematik. Bagi seorang pemimpin dalam menghadapi situasi yang menuntut aplikasi gaya kepemimpinannya dapat melalui beberapa proses seperti: memahami gaya kepemimpinannya, mendiagnosa suatu situasi, menerapkan gaya kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan situasi atau dengan mengubah situasi agar sesuai dengan gaya kepemimpinannya. Hal ini akan mendorong timbulnya itikad baik atau komitmen anggota terhadap organisasinya.
Dapat disimpulkan bahwa: Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi.
Hubungan
Antara Gaya Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja
Perilaku pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Menurut Miller et al. (1991) menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang positif terhadap kepuasan kerja para
pegawai. Hasil penelitian Gruenberg (1980) diperoleh bahwa hubungan yang akrab
dan saling tolong-menolong dengan teman sekerja serta penyelia adalah sangat
penting dan memiliki hubungan kuat dengan kepuasan kerja dan tidak ada
kaitannya dengan keadaan tempat kerja serta jenis pekerjaan.
Ramlan Ruvendi (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Imbalan
dan Gaya Kepemimpinan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan, Di Balai
Besar Industri Hasil Pertanian Bogor”, menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif dan pengaruh signifikan antara variabel gaya kepemimpinan dengan
kepuasan kerja pegawai Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor. Diungkapkan
pula bahwa gaya kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi (contingency). Indikasi turunnya semangat dan
kegairahan kerja ditunjukkan dengan tingginya tingkat absensi dan perpindahan
pegawai. Hal itu timbul sebagai akibat dari kepemimpinan yang tidak disenangi.
Dengan melihat fakta di atas maka dapat disimpulkan bahwa : Gaya
kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja.
Hubungan
Antara Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan
Pemimpin mempunyai tanggung jawab menciptakan kondisi-kondisi yang
merangsang anggota agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan. Gaya
kepemimpinan menjadi cermin kemampuan seseorang dalam mempengaruhi individu
atau kelompok. Seorang pemimpin harus mampu menjaga keselarasan antara
pemenuhan kebutuhan individu dengan pengarahan individu pada tujuan organisasi.
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mengakui kekuatankekuatan penting
yang terkandung dalam individu atau kelompok, serta fleksibel dalam cara
pendekatan yang digunakan demi meningkatkan kinerja seluruh organisasinya.
Gaya kepemimpinan (leadership style) merupakan cara pimpinan
untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang
tersebut mau melakukan kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi
meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Menurut Alberto et
al. (2005) kepemimpinan berpengaruh positif kuat terhadap kinerja, juga
berpengaruh signifikan terhadap learning organisasi. Temuan ini
memberikan indikasi bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berpengaruh
terhadap kinerja bawahannya, di samping itu untuk mendapatkan kinerja yang baik
diperlukan juga adanya pemberian pembelajaran terhadap bawahannya.
Dari pernyataan yang telah disebutkan di atas, maka dapat
disimpulkan : Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Sumber Rujukan:
Baihaqi, Muhammad Fauzan (2010), “Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel
Intervening ( Studi Pada Pt. Yudhistira Ghalia Indonesia Area Yogyakarta )”,
Skripsi Managemen, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro 2010
Heidrajrahcman dan Husnan Suad (2000) “Manajemen Personalia”,
Yogyakarta, BPFE
Kreitner dan Kinichi (1998), Organization Behavior. Irwin.
McGraw-Hill, Boston.
Ruvendi, Ramlan (2005), “Imbalan dan Gaya Kepemimpinan Pengaruhnya
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor”
Jurnal Ilmiah Bianiaga Vol. 01 No. 1
Rivai, Harif, A. 2001. Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja,
dan Komitmen Organisasional Terhadap Intensi Keluar. Tesis, Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
Werther, W.B. dan Davis, Keith (1992), Human Resources and
Personnel Management. Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill Book Co.